Connect with us

Lifestyle

Liburan Weekend ke Museum Sejarah Jakarta

Published

on

Ya, lagu karya Adi Karso itu menggambarkan keadaan Jakarta sebagai pusat perdagangan buah-buahan. Sejak pemerintahan Belanda di Batavia, Jakarta menjadi pusat perdagangan buah-buahan.
Gambaran situasi tentang kehidupan Batavia tahun 1880 – 1910 itu bisa dilihat pada lukisan mural karya Haryadi S., pelukis kesukaan Soekarno. Lukisan itu bagian dari koleksi Museum Sejarah Jakarta di Kota Tua.
Sayang, pengerjaan lukisan belum tuntas hingga ditinggal mati si pelukis sekaligus keterbatasan dana.

Kisah Pelukis Haryadi
Dari cerita tour guide museum, Kasirun, awalnya, pelukis enggan memenuhi permintaan mantan Gubernur Jakarta Ali Sadikin untuk melukis.
Sadikin pun menyekolahkan Haryadi ke Meksiko. Atas bujukan Sadikin, ia menerima tawaran sekolah. Sebelum lukisan selesai, Haryadi wafat. Rencananya, lukisan itu akan diteruskan oleh pelukis dari salah seorang keluarganya. Namun, saat seminar tentang penerusan lukisan, ternyata tak disetujui. Alasannya, akan menghilangkan sejarah.
Selain lukisan mural, ada lukisan minyak ukuran 9 x 4 meter karya Sudjojono di museum ini. Cerita tentang penyerangan Sultan Agung ke Batavia. Lukisan dibuat setahun lebih .

Lama pengerjaan lantaran pelukis membutuhkan riset terlebih dahulu. Dalam lukisan, ada model dari teman-teman si pelukis.
Selain museum, ada artefak seperti lemari, meja, dan kursi kayu terbaik di Indonesia, seperti kayu Ambon, Jati, atau Makassar.
Lainnya, ada lukisan wajah asli Pangeran Diponegoro di ruang tahanan Diponegoro. Termasuk penjara bawah tanah, tempat pejuang Cut Nyak Dien, Untung Surapati, dan Kyai Maja, pernah dibui di tempat itu.

Kantor Gubernur Belanda
Dahulu, bangunan museum ini adalah kantor pemerintahan Gubernur Jendral Belanda. Sekaligus gedung pengadilan. Kisah ini tercatat oleh lukisan tiga kejadian pengadilan karya JJ de Nijs. Lukisan di lukis abad ke-18. Ditempatkan di dinding lantai atas.

Peletakan batu pertama pembangunan dilakukan oleh Petronela Wilhelmina Van Hoorn, putri Gubernur Jendral Baron Van Hoorn, yang kala itu berusia enam tahun.
Dikenal sebagai Museum Fatahillah, sebab posisi gedung ini terletak di depan lapangan Taman Fatahillah.
Lapangan itu eks eksekusi hukuman mati.
“Museum ini salah satu destinasi utama warga Jakarta saat akhir pekan dan liburan,” ujar Kepala Satuan Pelayanan Museum Sejarah Jakarta, Galih Hutama Putera.

Dengan tiket masuk terjangkau, Anda bisa belajar sejarah Jakarta. Termasuk keaslian tempat, sekaligus bisa foto-foto di setiap sudut museum. Di area belakang museum, tersedia aneka kuliner khas Jakarta seperti Ketoprak hingga Es Selendang Mayang.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *